Sejarah Pembalut Wanita

Posting Komentar
sejarah-pembalut-wanita

Sejarah pembalut wanita. Yes, benar, Maksay. Kali ini emak akan menuliskan sejarah yang terlewat atau bahkan tidak pernah makemak pikirkan selama ini. Benda yang kita butuhkan setiap bulan, rutin dan sangat penting. Pembalut.

Apa itu menstruasi?

Kita, kaum perempuan mengalami masa menstruasi alias haid atau istilah lainnya yang populer adalah datang bulan. Menstruasi adalah peristiwa luruhnya sel dinding rahim.

Pada setiap siklus menstruasi, dinding rahim akan menebal guna menyambut sebuah kehamilan. Namun, jika ternyata sel telur (ovum) tidak dibuahi oleh sel sperma maka sel-sel dinding rahim ini akan luruh dan keluar berupa darah. Maka tak heran jika terjadinya menstruasi digunakan sebagai acuan seorang perempuan hamil atau tidak.

Seperti yang telah kita ketahui, menstruasi ditandai dengan keluarnya darah dari rahim melalui organ intim. Karena terjadi secara berulang maka menstruasi merupakan sebuah siklus.

Setiap perempuan mempunyai siklus menstruasi berbeda. Umumnya 28 hari, dihitung dari hari pertama keluar darah hingga hari pertama periode berikutnya lagi. Dalam satu periode, minimal darah keluar selama sehari dan maksimal empat belas hari. Nah, karena darah keluar minimal dalam jangka hitungan jam maka diperlukan sesuatu untuk menampungnya. Selain agar darah tidak tercecer tentu untuk kenyamanan diri. Berawal dari sinilah sejarah pembalut dimulai.

Sejarah Pembalut

Tentu istilah pembalut tidak tiba-tiba muncul. Ada hal yang mengilhaminya.

Laman Femme Internasional menuliskan bahwa pada masa Yunani Kuno, para perempuan menggunakan apa saja yang ada di sekitar untuk menampung darah ini. Mulai dari menggunakan rumput, kapas, bulu domba, bulu kelinci, juga kain.

Emak tidak bisa membayangkan bagaimana menjalani menstruasi pada kala itu, Mak. Tentu sangat ribet, tidak nyaman, dan tentunya mengganggu aktivitas. Benar tidak, Maksay?

Nah, baru pada tahun 1988, diperkenalkan istilah sanitary belt untuk alat penampung darah menstruasi. Disebut belt karena dibutuhkan ikat pinggang guna mengaitkan kain yang dipasang. Kain ini berukuran lebih kecil dari sebelumnya dan sekali pakai.

Seiring berjalannya waktu, penampung darah menstruasi ini mengalami perkembangan. Seorang Leona Chalmers dipercaya menemukan solusi yang lebih nyaman menjalani periode mentruasi. Pada tahun 1937, perempuan asal Amerika Serikat ini mengenalkan menstrual cup.

Penemuannya ini berawal dari kegelisahan hatinya saat menjalani rutinitas bulanan. Ia merasa tidak nyaman dengan alat penampung darah menstruasi yang sudah ada. Melalui berbagai percobaan akhirnya Chalmers menemukan menstrual cup yang terbuat dari lateks.

Tass-ette adalah istilah yang digunakan saat itu. Chalmers menyatakan Tass-ette lebih nyaman karena dapat digunakan tanpa harus memakai ikat pinggang maupun gesper sehingga tetap bisa memakai pakaian yang tipis dan elegan meski sedang menstruasi.

Namun sayang, Tass-ette ini tidak banyak diterima masyarakat sehingga pada tahun 1963 pabriknya terpaksa tutup karena sedikitnya permintaan.

Seperti apa penampakan Tass-ette ini? Kurang lebih seperti yang pernah emak tulis beberapa waktu lalu di Pakai Menstrual Cup : Apa dan Bagaimana Sih?
 
Setelah Tass-ette kemudian bermunculan berbagai inovasi, termasuk tampon dan tahun 1970-an diperkenalkan pembalut sekali pakai berperekat seperti yang sekarang ini umum dipakai.

Namun, akhir-akhir ini para pemerhati lingkungan mengeluhkan pemakaian pembalut sekali pakai ini.

Bahan pembalut yang sebagian besar menggunakan plastik dan gel yang sulit terurai telah mencemari lingkungan. Seperti yang dilansir laman nationalgeographic.co.id bahwa butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun dalam proses penguraiannya. Bantalan pembalut yang disinyalir menggunakan bahan pemutih juga menyumbang pencemaran tanah dan air.

Berangkat dari sini, kemudian dikenal menstrual pad yang ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami. Selain itu penampung darah menstruasi jenis ini juga reuseable sehingga meminimalisir limbah yang dihasilkan.

Semangat zero waste inilah yang pada akhir-akhir ini kembali mencuatkan penggunaan menstrual cup yang kini berbahan silikon. Kaum perempuan berbondong-bondong beralih dari pembalut sekali pakai ke cangkir menstruasi yang digaungkan lebih nyaman.

Banyak bermunculan review-review yang ditulis berkaitan dengan penggunaaan menstrual cup. Salah satunya adalah Review Memakai Menstrual Cup oleh Emak di blog makemak.my.id.

Bagaimana Maksay? Sekarang sudah punya gambaran ya tentang sejarah asal mula pembalut?

Maksay termasuk pasukan mana nih? Pakai kain? Tampon? Menstrual Cup? Pembalut sekali pakai? Atau menstrual pad?
Restanti
Restanti
Ibubloger-content writer dwirestanti@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar